It's me!

Foto saya
ALLAH SWT-- tough; weak; strong; have a dream; have a choice; love a laugh; have a great family; have nice friends; have an ugly cat; pink; blue; beautiful colour; rain drops; sunshine; accounting; writting; STITCH; Fido Dido; and much more

Senin, 08 Juli 2013

EVOLUSI PUNCTUATED EQUILIBRIUM


A.    Perdebatan Evolusi
Di saat gema buku Darwin mengenai evolusi sedang menjadi pusat perhatian, seorang ahli botani Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19,  penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika.
Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin. Perkembangan ini seharusnya membuat teori Darwin terbuang. Namun ini  tidak  terjadi,  karena  ada  kelompok-kelompok  tertentu  yang  bersikeras  merevisi,  memperbarui  dan mengangkat  kembali  teori  ini  pada kedudukan ilmiah.
Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempat pertama abad ke-20. Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekad bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari  jalan keluar. Mereka berkumpul  dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika seperti G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli zoologi seperti Ernst Mayr dan Julian Huxley, ahli paleontologi seperti George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan Sewall Right, setelah pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara untuk “menambal sulam” Darwinisme.
Kader-kader  ini  berfokus  kepada  pertanyaan  tentang  asal  usul  variasi  menguntungkan  yang diasumsikan menjadi penyebab makhluk hidup berevolusi, yaitu sebuah masalah yang tidak mampu dijelaskan oleh Darwin sendiri  dan dielakkan dengan bergantung pada teori  Lamarck.  Gagasan mereka kali  ini  adalah “mutasi acak” (random mutations). Mereka menamakan teori baru ini “Teori Evolusi Sintetis Modern” (The Modern Synthetic Evolution Theory), yang dirumuskan dengan menambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam  Darwin.  Dalam  waktu  singkat,  teori  ini  dikenal  sebagai  “neo-Darwinisme”  dan  mereka  yang mengemukakannya disebut “neo-Darwinis”.
Beberapa  dekade  berikutnya  menjadi  era  perjuangan  berat  untuk    membuktikan  kebenaran  neoDarwinisme. Telah diketahui bahwa mutasi atau “kecelakaan” yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup selalu membahayakan.  Neo-Darwinis  berupaya memberikan contoh “mutasi  yang menguntungkan”  dengan melakukan ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi semua upaya mereka berakhir dengan kegagalan total. Mereka juga berupaya membuktikan bahwa makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi bumi primitif, seperti yang diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi eksperimen-eksperimen ini pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen yang bertujuan membuktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara kebetulan telah gagal.  Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun protein, yang merupakan  molekul  penyusun  kehidupan,  dapat  muncul  secara  kebetulan.  Begitu  pula  sel,  yang  menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi  bumi  primitif  dan tidak terkendali,  tidak dapat disintesis oleh laboratorium-laboratorium abad ke-20 yang tercanggih sekalipun.
Teori  neo-Darwinis telah ditumbangkan pula oleh  catatan fosil.  Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun “bentuk-bentuk transisi” yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada  makhluk  hidup  dari  spesies  primitif  ke  spesies  lebih  maju.  Begitu  pula  perbandingan  anatomi menunjukkan bahwa  pesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya. Neo-Darwinisme memang tidak pernah menjadi teori  ilmiah,  tapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau tidak  bisa  disebut  sebagai  semacam "agama".  Oleh karena  itu,  pendukung teori  evolusi  masih saja mempertahankannya  meskipun  bukti-bukti  berbicara  lain.  Tetapi  ada  satu  hal  yang  mereka  sendiri  tidak sependapat, yaitu model evolusi mana yang “benar” dari sekian banyak model yang diajukan.  Salah satu hal terpenting dari model-model tersebut adalah sebuah skenario fantastis yang disebut “punctuated equilibrium”.

B.    Punctuated Equilibrium
Sebagian besar ilmuwan yang mempercayai evolusi menerima teori neo-Darwinis bahwa evolusi terjadi secara perlahan dan bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini, telah dikemukakan sebuah model lain yang dinamakan “punctuated equilibrium”. Model ini menolak gagasan Darwin tentang evolusi yang terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya, model ini menyatakan evolusi terjadi dalam “loncatan” besar yang diskontinu.
Model ini pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an.  Awalnya,  dua orang ahli paleontologi Amerika,  Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould, sangat sadar bahwa pernyataan neo-Darwinis telah diruntuhkan secara absolut oleh catatan fosil. Fosil-fosil  telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi bertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang neo-Darwinis  senantiasa berharap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari  akan ditemukan. Eldredge dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar, namun di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi.  Karena itulah akhirnya mereka mengemukakan sebuah model  baru yang disebut punctuated equilibrium tadi.  Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil dari variasi minor, namun dalam perubahan besar dan tiba-tiba.
Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh, O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa yang merintis jalan bagi Eldredge dan Gould,  menyatakan bahwa burung pertama muncul dari  sebutir telur reptil,  sebagai  “mutasi  besar-besaran”  (gross  mutation),  yakni akibat  “kecelakaan” besar  yang terjadi  pada struktur gen.
Menurut teori  tersebut,  seekor  binatang darat  dapat  menjadi paus  raksasa setelah mengalami perubahan  menyeluruh  secara  tiba-tiba.  Pernyataan  yang  sama  sekali  bertentangan  dengan  hukum-hukum genetika,  biofisika dan biokimia ini,  sama ilmiahnya dengan dongeng katak yang menjadi  pangeran. Dalam ketidakberdayaan karena pandangan neo-Darwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi pro-evolusi mempercayai teori ini, teori baru yang bahkan lebih ganjil daripada neo-Darwinisme itu sendiri.  Satu-satunya tujuan model  ini  adalah memberikan penjelasan untuk mengisi  celah dalam catatan fosil yang tidak dapat dijelaskan model neo-Darwinis.
Namun, usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam evolusi burung dengan pernyataan bahwa “seekor burung muncul  tiba-tiba dari  sebutir telur reptil” sama sekali tidak  rasional.  Sebagaimana  diakui  oleh  evolusionis  sendiri,  evolusi  dari  satu  spesies  ke  spesies  lain membutuhkan perubahan besar  informasi  genetis yang menguntungkan. Akan tetapi,  tidak ada mutasi  yang memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru padanya.  Mutasi hanya merusak informasi  genetis. Dengan demikian, “mutasi besar-besaran” yang digambarkan oleh model punctuated equilibrium hanya akan menyebabkan pengurangan atau perusakan “besar-besaran” pada informasi genetis. Lebih  jauh  lagi,  model  punctuated  equilibrium  runtuh  sejak  pertama  kali  muncul  karena ketidak mampuannya menjawab pertanyaan tentang asal usul kehidupan; pertanyaan serupa yang menggugurkan model  neo-Darwinis  sejak awal.  Karena tidak satu protein pun yang muncul  secara  kebetulan,  perdebatan mengenai apakah organisme yang terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi secara “tiba-tiba” atau “bertahap” tidak masuk akal.
Kendati demikian, neo-Darwinisme masih menjadi model yang terlintas dalam pikiran ketika “evolusi” menjadi pokok perbincangan dewasa ini. Dalam bab-bab selanjutnya, kita akan melihat dua mekanisme rekaan model  neo-Darwinis,  kemudian  memeriksa  catatan  fosil  untuk  menguji  model  ini.  Setelah  itu,  kita  akan membahas pertanyaan tentang asal usul kehidupan yang menggugurkan model neo-Darwinis dan semua model evolusionis lain seperti “evolusi dengan lompatan” (evolution by leaps). Sebelumnya,  ada baiknya meng-ingatkan pembaca bahwa fakta yang akan kita hadapi di setiap tahap adalah  bahwa  skenario  evolusi  merupakan  sebuah  dongeng  belaka,  kebohongan  besar  yang  sama  sekali bertentangan dengan dunia nyata. Ini adalah sebuah skenario yang telah digunakan untuk membohongi dunia selama 140 tahun. Berkat penemuan-penemuan ilmiah terakhir, usaha kontinu mempertahankan teori tersebut akhirnya menjadi mustahil.

Tulisan ini diambil dari "Makalah Evolusi Puncutuated Equilibrium" oleh Mahasiswa Pendidikan Non Reguler 2008 Universitas Negeri Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar