It's me!

Foto saya
ALLAH SWT-- tough; weak; strong; have a dream; have a choice; love a laugh; have a great family; have nice friends; have an ugly cat; pink; blue; beautiful colour; rain drops; sunshine; accounting; writting; STITCH; Fido Dido; and much more

Senin, 08 Juli 2013

Evolusi Teori Handicap


Proses “evolusi melalui seleksi alam” yang dicetuskan oleh Darwin menjelaskan bagaimana seleksi alam dapat memengakibatkan mahluk hidup berevolusi. Dari teorinya mengenai seleksi alam, disebutkan bahwa suatu organisme hidup memiliki kecendrungan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor adaptasi dari hewan itu dapat meliputi bentuk morfologi luar atau pun fisiologis. Akan tetapi tidak itu saja yang menjadi faktor penentu suatu individu dapat beradaptasi, akan tetapi dari ciri kelamin sekunder yang dimiliki suatu individu juga memiliki andil, khususnya yang ada pada hewan.
Ciri kelamin sekunder tersebut yang di kembangkan dari teori seleksi alam merupakan suatu ciri kelamin sekunder yang dimiliki oleh hewan, salah satu contohnya adalah bentuk bulu pada burung merak yang digunakan untuk menarik lawan jenisnya. Pada kasus tersebut, jantan yang berbulu indah dan panjang merupakan suatu kelebihan dari dirinya untuk membuat para betina tertarik. Dengan begitu merak tersebut mendapatkan peluang lebih besar untuk melakukan reproduksi dibandingkan dengan jantan lainnya. Hal ini dinamakan dengan seleksi seksual.
Seleksi seksual akan menyeleksi individu yang secara fenotif tidak menarik bagi pasangannya. Seleksi yang dimaksud bukan disebabkan karena tidak dapatnya beradaptasi, tetapi terjadi seleksi kepunahan karena individu tersebut tidak dapat meneruskan kelangsungan hidup jenisnya pada generasi berikutnya.
Dari seleksi seksual tersebut, memicu permasalahan baru. Salah seorang ilmua asal Israel yaitu Zahavi, mengemukakan teori baru. Teorinya mengatakan bahwa, terdapat kecacatan pada seleksi seksual. Seperti yang dikatakan diawal, bahwa seekor merak jantan dapat dikatakan lolos dari seleksi jika hewan tersebut memiliki bulu yang indah dan panjang. Perawakan yang seperti itu sebenarnya lebih berpeluang untuk mengundang pemangsa dari merak tersebut. Sehingga pada kasus tersebut, Zahavi mengemukakan teorinya yang disebut dengan Teori Handicap.
A.    Kecacatan Pada Seleksi Seksual
Seleksi seksual  merupakan seleksi yang berdasarkan pada kemampuan suatu organisme untuk bertahan guna meneruskan keterunannya dari generasi ke generasi. Kemampuan bertahan ini diiringi dengan adanya ciri kelamin sekunder. Ciri kelamin sekunder pada jantan dan betina memiliki perbedaan yang jelas pada jenis spesies hewan.
Perbedaan tersebut dapat terlihat jelas dengan perbedaan bentuk dan ukuran. Akan tetapi terkadang mencakup ciri seperti warna bulu pada burung jantan, rambut pada singa jantan, tanduk rusa pada singa jantan dan hiasan lainnnya. Perbedaan bentuk antara jantan dan betina seperti itu disebut dengan dimorfisme seksual. Sebagian besar, kasus dimorfisme tersebut, hewan jantan merupakan jenis kelamin yang lebih mencolok. Pada beberapa kasus, jantan dengan sifat maskulin yang sangat menawan mungkin bisa menjadi makhluk yang paling menarik bagi hewan betina. Ada juga spesies dimana struktur sekunder bias digunakan dalam persaingan langsung dengan hewan jantan yang lain. Hal tersebut umum ditemukan pada seekor hewan jantan yang memiliki banyak betina. Jantan tersebut dapat berhasil karena mengalahkan jantan yang lebih kecil, lemah, atau yang kurang kuat dalam pertarungan, tetapi yang lebih sering terjadi adalah mereka yang bersemangat bersainglah yang akan mengendurkan pesaingnya.
Banyak ciri sekunder pada hewan yang nampaknya tidak adaptif jika dilihat secara umum. Contohnya seperti warna bulu pada burung yang menarik pada jantan yang merupakan penyesuaian terhadap lingkungan akan tetapi disisi lain terdapat hal itu dapat menarik pemangasanya. Pada contoh yang lain, ketika para rusa jantan bertarung dengan menggunakan tanduknya, dilain sisi akan melemahkan penjagaan terhadap dirinya. Rusa jantan tersebut akan berpeluang terseleksi atau termangsa oleh predatornya.
Dari hal tersebut, timbullah pemahaman baru bahwa ada kerugian yang ditimbulkan dari ciri sekunder tersebut. Tidak semua hewan dapat lolos hanya dari ciri sekunder yang dimilikinya, tetapi seekor hewan juga harus memiliki daya juang untuk menghindar dari pemangsa, dengan begitu hewan tersebut dapat dikatakan lolos dari seleksi.

B.    Teori Handicap
Teori ini dicetuskan oleh Amotz Zahavi, seorang ahli biologi dari Israel. Ia mencetuskan teori tersebut dari melihat dari struktur morfologi hewan. Bagaimana setiap hewan memiliki ornamen atau organ tambahan untuk mempercantik diri mereka, contohnya seperti bulu pada burung merak. Dari hal itu, Zahavi melihat sisi lain, bahwa bulu merak jantan yang cantik dan panjang meerupakan suatu sinyal yang digunakan untuk menarik para betina.
Zahavi mengatakan bahwa, suatu individu dengan karakter seksual yang berkembang dengan baik adalah individu yang dapat bertahan dari seleksi. Hal ini karena pada umumnya, seekor betina akan memilih jantan dengan karakter seksual yang baik, yang nantinya dapat menghasilkan keturunan yang baik pula, sehingga dapat terhindar dari proses seleksi.
Teori yang dikemukakan oleh Zahavi dikenal sebagai teori kecacatan atau handicap teori. Teori Handicap adalah hipotesis yang awalnya diusulkan pada tahun 1975 bermaksud untuk menjelaskan bagaimana evolusi dapat menyebabkan sinyal antara hewan yang memiliki motivasi yang jelas untuk menggertak atau menipu satu sama lain. Teori Handicap menunjukkan bahwa sinyal dapat diandalkan harus mahal untuk signaler itu, biaya signaler sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh seorang individu dengan kurang dari suatu sifat tertentu. Sebagai contoh, dalam kasus seleksi seksual, teori ini menunjukkan bahwa hewan yang lebih besar ketahanan biologis, sinyal tersebut dapat ditunjukan melalui handicapping perilaku atau morfologi yang secara efektif menurunkan kualitas ini. Ide utamanya adalah bahwa seksual dipilih sifat berfungsi seperti konsumsi berlebihan, menandakan kemampuan untuk mampu untuk menyia-nyiakan sumber daya. Penerima tahu bahwa sinyal menunjukkan kualitas karena signalers berkualitas rendah tidak mampu untuk menghasilkan sinyal tersebut.
Sifat umum dari fenomena tersebut adalah masalah beberapa perdebatan dan perbedaan pendapat, dan pandangan Zahavi pada ruang lingkup dan pentingnya cacat dalam biologi tetap berada di luar mainstream. Namun demikian, ide itu telah menjadi hal yang sangat berpengaruh bagi peneliti karena beberapa peneliti percaya bahwa teori ini menjelaskan beberapa aspek komunikasi hewan
Menurut Zahavi, ekor pada burung merak jantan membuat dirinya lebih renta terhadap predator. Tetapi lain halnya dari sisi pandang burung merak betina. Ekor sang merak jantan membawa sinyal tersendiri bagi calon pasangannya. Hal ini yang disebut sebagai teori kecacatan karena disisi lain keindahan ekor sang jantan disitu juga terdapat bahaya yang mengancam jiwanya. Merak jantan dikatakan lolos dari seleksi ketika jantan tersebut berhasil memikat sang betina untuk memperbanyak keturunannya dan juga dapat lolos dari pemangsanya.

Sumber: "Makalah Evolusi Teori Handicap" oleh Mahasiswa Pendidikan Non Reguler 2008 Universitas Negeri Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar